Studi Doktoral untuk Praktisi Arsitek Menyatukan Dunia Profesional dan Akademik

Yogyakarta – Ikatan Arsitek Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (IAI DIY) kembali menghadirkan kegiatan yang inspiratif bagi anggotanya. Pada Jumat (15/08/2025), bertempat di Omah Kepel, digelar Sharing Session Studi Doktoral untuk Praktisi Arsitek. Acara ini menghadirkan Ar. Ahmad Saifudin Mutaqi, IAI, AA (Pak Uud) sebagai narasumber, dengan Ar. Agus Setiawan, IAI bertindak sebagai moderator.

Kegiatan ini mengangkat isu penting mengenai keberlanjutan pendidikan arsitektur di jenjang doktoral, khususnya bagi praktisi arsitek Jogja yang sehari-hari lebih banyak berkecimpung dalam dunia desain dan proyek.

Baca Juga : IAI DIY Selenggarakan Penataran Kode Etik untuk Meneguhkan Profesionalisme Arsitek Agustus 2025

 


Portofolio Praktisi sebagai Aset Penelitian

Salah satu pesan utama yang disampaikan Pak Uud adalah bahwa pengalaman praktik dan portofolio arsitek tidak hanya berfungsi sebagai dokumentasi karya, tetapi juga dapat menjadi fondasi penelitian ilmiah.

“Setiap proyek desain memiliki cerita, proses, dan pertimbangan yang melatarbelakanginya. Jika itu diolah dengan pendekatan akademik, maka bisa menjadi disertasi yang berkualitas,” jelas Pak Uud.

Pengalaman pribadinya menjadi bukti nyata. Saat merancang Perpustakaan Universitas Islam Indonesia (UII), Pak Uud menghadapi tantangan besar setelah ditemukan situs bersejarah Candi Kimpulan di area proyek. Situasi ini memaksa perubahan desain sekaligus membuka wacana baru mengenai keterkaitan arsitektur dengan aspek ekonomi, sosial, dan pelestarian warisan budaya. Dari pengalaman itulah, lahir tema disertasi doktoralnya.


Menyatukan Dunia Praktik dan Akademik

Selama ini masih ada anggapan bahwa studi doktoral lebih cocok untuk kalangan akademisi. Namun, menurut Pak Uud, justru praktisi arsitek memiliki kekayaan pengalaman yang bisa menjadi pembeda dalam riset.

“Gap antara praktik dan akademik itu seharusnya tidak ada. Justru pengalaman praktik profesional memperkaya perspektif penelitian. Itulah yang membuat riset dari seorang praktisi lebih hidup dan kontekstual,” tegasnya.


Bukti Nyata dari Seorang Arsitek Jogja

Perjalanan studi doktoral Pak Uud menjadi teladan. Di usianya yang ke-63 tahun, ia berhasil menyelesaikan studi tepat waktu sembari menghasilkan 9 publikasi ilmiah di jurnal nasional maupun internasional, termasuk 2 artikel yang terindeks Scopus.

Capaian ini menunjukkan bahwa studi lanjut bukan monopoli akademisi muda, melainkan terbuka bagi siapa pun yang memiliki semangat, konsistensi, serta kemauan mengolah pengalaman praktik menjadi kontribusi ilmiah.

Baca Juga : Berkenalan dengan Pengurus Ikatan Arsitek Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta Masa Bakti 2025–2028


Harapan untuk Arsitektur Jogja dan Indonesia

Melalui kegiatan ini, IAI DIY berharap semakin banyak arsitek Jogja yang terinspirasi untuk melanjutkan studi ke jenjang doktoral. Tujuannya bukan semata menambah gelar akademik, tetapi memperkuat sinergi antara dunia profesional dan akademik.

Dengan demikian, karya arsitektur yang lahir di Yogyakarta tidak hanya mewarnai lanskap kota dan desa, tetapi juga tercatat dalam literatur ilmiah, dipublikasikan secara internasional, dan memberi kontribusi bagi perkembangan keilmuan arsitektur Indonesia.